Review Film Psikologi Hari Ini: Belahan Jiwa (2005)

Sumber: imdb.com

Jika ada film bertema psikologi yang fokus  menjelaskan mengenai suatu gangguan kesehatan mental, sepertinya menobatkan film ini adalah hal yang tepat. Enggak ada alur konflik yang terjadi, karena sepanjang film ini seakan lebih menjelaskan mengenai "seperti ini lo, gambaran gangguan mentalnya". Film ini mungkin agak sedikit membuat bingung orang awam yang enggak paham mengenai gangguan kepribadian ganda, namun seakan-akan seperti short film untuk perkuliahan bagi orang yang mempelajari mengenai gangguan kepribadian ganda.

Yup, film ini mengangkat gangguan mental Dissociative Identity Disorder (DID), dimana orang yang didiagnosa dengan gangguan ini, memiliki lebih dari satu kepribadian. Kepribadian-kepribadian ini muncul dan dibuat sebagai mekanisme koping (cara mengatasi) untuk menghadapi suatu situasi, khususnya yang traumatis bagi orang yang bersangkutan. 

Cempaka, tokoh yang diperankan oleh aktris Dian Sastrowardoyo, diceritakan mengalami gangguan mental tersebut dan memiliki empat kepribadian lain selain kepribadian utamanya sendiri. Mari kita berkenalan secara singkat dengan kepribadian tersebut:

Kepribadian pertama adalah Cairo. Ditampilkan sebagai wanita yang suka dengan seni, dan memiliki ide ide 'gila' untuk seninya. Karakternya tomboy dengan penampilan yang cuek dan santai abis.

Kepribadian kedua adalah Baby blue. Suaranya kecil dan imut. Coba bayangkan Karakter hello kitty, nah baby blue ini seperti itu. Tapi kadang berbicara dengan bahasa mandarin.

Kepribadian ketiga adalah Farlyna. Cewek betawi yang kalau bicara ceplas ceplos. Awalnya tidak berhijab, lalu berhijab karena 'perintah' abang bumi. Kalau lagi marah, sukanya bilang "mati rodok lu semua!"

Kepribadian keempat adalah Arimbi. Kalau dilihat dari filmnya, Arimbi adalah seorang psikolog dengan kepribadian yang kalem, lembut, dan gerak geriknya agak sedikit pemalu.

Empat kepribadian itu memiliki nama, konflik, dan 'kegiatannya' sendiri, meski beberapa kali mereka berempat hangout bareng dan menamai kelompok mereka dengan nama 'soulmate'. Scene film berubah-ubah untuk memperlihatkan kegiatan yang dilakukan Cairo, Baby Blue, Farlyna, dan Arimbi, meski itu semua sebenarnya terjadi di dalam kepala Cempaka saja.

Ending filmnya cukup menyedihkan, dimana pada akhirnya Cempaka memilih untuk bunuh diri dengan cara gantung diri di hutan. Seketika itu pula, semua tokoh tersebut hilang. Tentu saja karena mereka berempat adalah diri Cempaka juga.

Apakah ini justru akan membuat klien di dunia nyata yang menontonnya, menjadi pesimis akan 'kesembuhan' mereka? Bukan sembuh, sih. Lebih tepatnya seperti, apakah kita ini enggak bisa ditangani?. Atau menunjukkan bahwa gangguan ini memang semengganggu itu bagi yang mengalaminya, sehingga rentan untuk melakukan bunuh diri?

 Di akhir film, terlihat Bumi (pacar cempaka) yang mengobrol dengan psikolog asli yang menangani Cempaka, terkait dengan gangguan yang dialami Cempaka. Psikolog berterimakasih pada Bumi tentang betapa sabarnya dirinya untuk menemani Cempaka yang sedang bingung dengan dirinya sendiri. Sembari menjelaskan tentang gangguan DID, film kemudian memutar balik scene sebelumnya.

 Scene berpindah-pindah yang memperlihatkan aktivitas dan emosi yang dirasakan oleh empat kepribadian tersebut, ternyata terjadi di dunia nyata pada Cempaka. Contoh ketika adegan Baby blue menyentuhkan jarinya pada api lilin, ternyata Cempaka juga melakukannya. Kepribadian Cairo lah yang membuat Cempaka tiba-tiba menyuntik dan mengambil darah dari tangannya sendiri, tanpa Cempaka sadari. 

Hal ini diiringi oleh pertanyaan yang diajukan oleh Bumi, "berarti, bisa saja ketika saya bersama Cempaka, saat itu pula lah saya sedang bersama Baby Blue?", yang dijawab oleh anggukan setuju dari psikolognya. Inilah yang membuat rasa heran Bumi terjawab, mengenai tingkah aneh kekasihnya tersebut, yang awalnya kalem lembut pesimis seketika berubah menjadi agresif dan pemarah. 

Kembali kepada penjelasan awal, film ini enggak memiliki konflik tertentu. Konfliknya ya interaksi diantara karakter yang dimiliki Cempaka tersebut. 

film ini juga kurang menampilkan solusi mengenai bagaimana harus bersikap dalam menghadapi seseorang yang mengalami gangguan DID. Tokoh Bumi hanya terlihat bersabar dan meyakinkan Cempaka jika ada dia selalu hadir untuk menemaninya. Atau, memang itu yang bisa dilakukan oleh orang sekitarnya? Karena tentu saja, untuk penanganan klinis, perlu bantuan dari psikolog. 

So far film ini cukup sederhana untuk menjelaskan tentang gangguan DID, sehingga bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang psikologi, cukup mampu memahami gangguan ini dengan baik. Bisa banget nih dijadikan media untuk seminar tentang DID!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film Psikologi Hari Ini: Dua Hati Biru (2024)

Review Film Psikologi Hari Ini: Joker: Folie à Deux (2024)

Review Film Psikologi Hari Ini: Inside Out 2, Pubertas Riley hingga Anxiety Attack! (2024)